Saturday, July 2, 2011

cerpen 2

Cinta Sejati
Minggu pagi yang cerah, aku terbangun karena pintu kamar digedor-gedor Mama.
“Mel, Melanie ayo bangun, ada yang nunggu kamu di bawah tuh..”, teriak Mama dari balik pintu.
“Iya Ma, sebentar mau siap-siap dulu.”
“Ya udah Mama tungguin, cpetan ya.”
“Iya”, jawabku sambil melanjutkan tidurku.
Beberapa menit kemudian.
“Mel, ayo dong, kamu ditungguin Marcel di bawah!” teriak Mama yang terdengar sangat kesal.
“Ayo buka pintu!”
“Iya Mama..”,balasku dengan membuka pintu kamar dan menggaruk-garuk kepala karena sangatmengantuk.
“Ayolah Mel, kamu udah ditunggu Marcel daritadi lho.”
“Iya....iya.....”’ jawabku kesal.
Akhirnya akupun ke bawah menemui sahabatku Marcel. Marcel adalah sahabatku yang paling dekat dari 7 tahun yang lalu. Dari kelas 5 SD kami sudah menjalani hari-hari bersama. Karena rumah kami 1 kompleks, kami sering bermain bersama, akhirnya kami menjadi sahabat. SD, SMP, SMA pun kami selalu 1 sekolah, jadi tidak salah bila hubungan kami sangat dekat seperti saudara kandung. Bahkan orangtua kamipun bersahbat.
Sampai di bawah, aku menemui Marcel.
“Sumpah, kamu bener-bener lama banget. Katanya mau jogging bareng...”, kata Marcel dengan kesal karena menungguku terlalu lama.
“OMG, jogging. Maaf aku lupa, oke sekarang tunggu sebentar aku ganti baju sama ke kamar mandi dulu. Oke..”
“Ya...ya...ya... terserah deh..”
Setelah semua selesai, aku jogging sekitar kompleks rumah dan taman kompleks dengan Marcel. Waktu kami istirahat di kursi taman, Marcel curhat ke aku kalau dia sedang jatuh cinta dengan seorang gadis. Dan karena aku tidak diberitahu siapa gadis itu jadi aku hanya memberi 1 saran yaitu selalu mengejar cintanya. Karena masih mengantuk, sehabis jogging aku melanjutkan tidurku yang sempat terganggu.
Keesokan harinya seperti biasa Marcel menjemputku sebelum berangkat sekolah dengan motor sport barunya yang diberi ayahnya karena ulang tahun. Dari dulu memang kami selalu berangkat bersama karena bila aku naik angkot atau naik motor sendiri selalu diceramahi Mama. Karena kata Mama itu hal yang paling tidak aman untuk gadis.
Saat sampai di sekolah kami menuju kelas bersama dan aku melihat Dika, cowok beken yang disayang para guru karena prestasinya di bidang SAINS. Karena dia juga sekolah kami selalu menjadi SMA favorit tingkat propinsi. Selain cerdas dia juga terkenal baik dan tampan, jadi maklum bila banyak cewek yang menyukainya.
Saat aku berpapasan dengan Dika, aku tersenyum karena kagum. Namun seperti biasa, dia tidak pernah membalas senyumanku.
“Kamu masih suka ya Mel?”, tanya Marcel.
“Suka? Owh sama Dika, siapa sih yang ngga suka sama cowok seperfect dia.”
“Jangan terlalu berharap, nanti kalau jatuh sakit lho..”, kata Marcel.
“Iya Marcel, aku udah tahu kok, kamu tenang aja.”
Setelah dengar kata Marcel aku mulai memikirkannya lagi. Dan benar juga aku ngga boleh terlalu berharap sama Dika karena kau ngga mau jatuh terlalu sakit. Tapi bagaimana lagi, aku sudah dapat memendam rasa ku kepada Dika dari kelas 1 SMP, masak aku langsung mengungkapkannya tanpa berpikir dulu. Namun, bila aku tidak pernah mengatakan perasaanku, aku takut bila Dika mencintai cewek lain. Tapi...tapi...tapi..... Kata tapi selalu membuatku bingung dan aku benar-benar bingung saat ini. Karena aku juga tahu bahwa sebentar lagi aku lulus dan belum tentu bertemu Dika.
Setelah berpikir keras aku memutuskan menyatakan perasaanku, tidak peduli nanti ditolak atau jadi bahan tertawaan. Dan saat itu aku melihat Dika masih duduk sendirian di kursi biasanya dia duduk di kantin dengan membaca buku fiksi yang menurutku gaka membosankan. Aku pun memberanikan diri untuk mendekatinya.
“Hai..”,kataku.
“Hai, ada apa?”, katanya terlihat kalu dia terganggu dengan kedatanganku.
“Ehm...itu, ehm... aku mau ngomong sama kamu.”
“Kalau begitu ngomong aja langsung di sini. Karena bentar lagi aku mau pergi,”, katanya sambil menutup buku dan memperhatikanku yang berdiri denang gugup di depannya.
“Aku suka sama kamu.”, kataku tanpa berpikir panjang dan setelah aku mengatakannya aku lari pergi menuju kamar mandi. Smapai kamar mandi aku menarik napas panjang agar lega dan setelah itu aku kembali ke kantin untuk menemui Marcel.
“Tadi kamu kenapa? Habis dari Dika langsung lari”, tanya Marcel.
“Ahh.., itu, ngga papa kok.”
Dan tiba-tiba Dika datang ke depanku dan Marcel.
“Kamu serius denagn yang kamu omongin?”, kata Dika dengan nada agak meremehkan.
Tanpa menjawab aku menganggukan kepala.
“Dengar ya, kamu harusnya tahu diri dong. Mana mungkin aku suka sama kamu. Jujur ya tipe cewek ku minimal ya menang olimpiade lah. Tapi, aku ngga pernah tahu tuh kalau kamu pernah memenangkan lomba. Jadi peserta aja mungkin ngga pernah, iya kan...”
“ Apa kamu bilang? Kamu jangan sombong ya, jangan karena kau suka sama kamu, kamu bisa injak harga diriku!!!”, kataku kmarah dan pergi dari kantin.
Beberapa langkah aku berjalan aku kembali ke Dika,
“Owh ya, dan asal kmau tahu ya, aku pernah ngalahin kamu di olimpiade SAINS internasional.” Kataku kesal dan benar-benar meninggalkan kantin.
Aku duduk di dalam kelas dan sangat kesal, shock, marah, sedih. Semua campur aduk jadi satu. Da aku menahan agar aku tifak menangis karena cowok seperti Dika tidak pantas dan sangat tifak pantas ditangisi. Aku benar-benar ngga nyangka ternyata yang aku dengar selama ini tentang nya hanya topeng yang dipakainya hingga semua orang menyukainya. Dan saat itu aku benar-benar sangat jatuh seperti kata Marcel. Karena mungkin bila kau ditolak baik-baik tidak akan sesakit ini. Aku benar-benar menyesal selama ini aku menyukai Dika.
“Hai, kamu ngga papa?”kata Marcel mengagetkanku.
“OMG, kamu. Aku? Aku ngga papa lah.”kataku dengan senyuman
“ Jangan bohong sama kau aku melihat dengan mata kepalalu sendiri dan athu begaimana kejadian persisnya Mel.”
“ Ya udah lah, ngga usah dibahas lagi. Kesel jadinya!” kataku sinis.
“Oke..”
Hari-hari aku lalui dengan senyum, walau kadang masih terpikir kejadian pahit di kantin. Namun karena sekarang aku sangat membenci Dika, ngga tahu kenapa kau sangat sering ketemu dengannya. Namun, aku bisa tahan karena menurut aku hal itu bisa menolong aku danmeyakinkanku bahwa Dika memang tidak cocok denganku.
Karena bantuan Marcel juga semua terlewati dengan keceriaan. Aku tahu, setiap hari Marcel selalu berusaha membantuku melupakan Dika dengan kelakuan konyolnya dan kami juga sering keluar bersama seperti jalan-jalan keliling kota tanpa tujuan dengan motornya atu ke mall hingg alarut malam. Namun semua itu serasa cepat dan aku bisa melupakan Dika.
Dan ngga tahu kenapa sekarang ini aku sering memimpikan Marcel dan kangen melihatnya. Pdahal mungkin baru beberapa jam kami berpisah. Tapi ku tetap berpikir positif bahwa itu bukan cinta sesungguhnya dan hanya kasih sayang seorang sahabat.Hari berganti hari perasaan itu mulai kuat dan aku sanagt panik. Karena kau takut bila aku benar-benar menyukai Marcel.
“Mel!!!”, kata Marcel mengagetkanku yang saat itu sangat panik dan bepikir serius di balkon kamarku.
“OMG, Marcel”, kataku kaget dan kesal. Dan saat aku melihat mata Marcel aku baru sadar bahwa selama ini Marcelmempunyai mata yang sangat mengagumkan. Mata itu sangat sederhana, polos, dan menakjukan. Dan aku melamun beberapa saat.
“Woi....”, kata Marcel dengan menggerakkan tangannya ke kana dan kiri di depan wajahku.
“ Hah...”, kataku kaget dan masuk ke kamar.
“Kamu kenapa Mel, kok kelihatannya kamu aneh banget hari ini?”
“Aku? Aku seperti biasa, aku ngga kenapa-kenapa. Memang aku kenapa?”
“Kebiasaan ya, kalau di tanya malah balik tanya.”
“Hahahahaha...., maaf dong lha terus aku suruh gimana?”, kataku sambil tertawa dan malam itu kami bercandadan cerita banyak hal hingga kau teridur.
Beberapa hari berlalu dan aku tahu kalau aku benar menyukai Marcel, aku takut sangat takut bila Marcel tahu dan menyudahi persahabatan kita yang berjaln selama ini. Karena itu aku memendam perasaanku dan aku hanya bisa jujur dan mengekspresikan isi hatiku dengan menulis dalam buku harian dan kebetulan buku harian itu memang pemberian Marcel saat ulangtahunku tahun lalu.
Hari itu aku berencana membawa buku harianku karena hari itu Mama membersihkan kamarku atau mengecek barang-barang yang aku punya. Dan tanpa sengaja dan tidak sadar, buku harianku tertinggal di laci sekolah. Malam itu, tiba-tiba Marcel datang ke rumahku dengan membawa gitar. Aku pikir dia ingin menyanyikan lagu yang dia buat seperti kebiasaannya beberapa bulan lalu.
“Halo Mel...”
“Hai, tumben banget hari ini kamu ke rumahku. Bawa gitar segala lagi, mau minta kritik lagu baru lagi?”
“Ennga, emang kalau bawa gitar selalu ngasi tahu kamu tentang lagu yang aku buat.....”
“Selama ini iya kan”
“Iya sih”
“Ya udah ke kamarku aja yuk, aku lagi buat bintang.”
Saat di kamar tiba-tiba dia menyentuh tanganku.
“Mel, sebenarnya aku suka sama kamu. Aku ngga tahu kapan perasaan ini datang tapi aku yakin aku bener-bener sayang sama kamu. Sebenarnya juga aku sudah pingin menyatakan perasaanku dari dulu. Tapi aku takut persahabatan kita jadi rusak gara-gara aku. Dan aku juga tahu saat itu kamu masih suka sama Dika. Sekarang aku berani nyatain cinta ke kamu karena ngga sengaja aku nemuin buku harian kamu. Dan ngga sengaja juga aku liat ada foto aku, jadi aku baca buku harian kamu dan aku tahu ternyata kamu juga merasakan perasaan yang sama seperti aku,” kata Marcel dan setelah itu dia menyanyi lagu kesukaanku yang berjudul Cinta Sejati.
Saat itu aku benar-benar kaget. Sisi lain aku senang karena aku juga bisa jujur dengan Marcel tapi di sisi lain aku juga gaka marah dan malu karena dia baca buku harianku yang berisi semua rahasiaku.
“Mel,aku minta maaf karena udah baca buku harian kamu,” kata Marcel. Dan aku kaget, kenapa dia tahu yang au pikirkan.
“Apa kamu mau nerima cinta aku?”
“Aku...aku...aku ngga tahu harus ngomog apa Cel, aku bingung.”
“Aku ngga maksa kamu Mel, dan aku juga ngga nuntut kamu buat jawab sekarang. Jadi sekarang aku pulang dulu, aku kasih kamu waktu untuk berpikir dan ini buku harianmu. Maaf ya,”katanya sambil meninggalkan kamarku.
Malam itu, benar-benar malam yang capek karena banyak pikiran. Selain memikikan kelulusan aku juga berpiki keras apa yang harus aku katakan pada Marcel. Aku juga menyukainya tapi aku juga canggung bila pacaran dengannya. Akhirnya aku mencoba untuk tenang dan mencari solusi terbaik untuk semua.
Keesokan harinya, seperti biasa aku berangkat sekolah dengan Marcel, tapi perasaanku benar-benar tidak enak. Dan aku ngga tahu apa maksud marcel sebenarnya namun hari itu dia mengebut. Karena terlambat atau hal lain, karena gara-gar dia mengebut aku harus memeluk tubuh Marcel agar tidak jatuh. Apalagi motor sport kecepatannya lebih tinggi dari motor biasa.
Hari itu berjalan seperti biasa hinggamalam datng dan Marcel datang lagi ke rumahku karena aku yang meneloponnya dan menyuruhnya datang ke rumahku.
“Kenapa Mel, kamu mau menjawab pertanyaanku?”
“Ehm”,jawabku sambil menarik napas.
“Terus?”,tanyanya penuh harap.
“Aku nerima kamu.” Dan seketika itu juga Marcel memelukku.
“Makasih ya Mel, aku janji aku ngga akan ngecewain kamu seperti Dika.”
“Udah deh ngga usah bahas Dika lagi.”
“Hahaha, maaf... tapi makasih banget ya sayang.”
“Nah, peraturan pertama dilarang memnaggilku dengan kata sayang atau beib atau seacamya, jujur aku agak aneh dengan kata=kata itu.”
“Oke, kalau gitu aku manggil apa?”
“Melanie juga bisa.”
“Ya udah deh, biar kamu seneng.”
Setelah hari itu kami lebih sering menghabiskan waktu bersama dan belajar bersama. Dan hari-hari kami lalui dengan penuh kenangan yang tak terlupakan. Dan aku sadar bahwa Marcel adalah cinta sejatiku.